Kisah Seorang Ayah Yang Berhasil dalam Mendidik AnakNya

Cerita inspirasi, seorang ayah yang sukses mendidik etitude anaknya.

Ketika saya menelusuri internet ada sebuah website dengan tulisan begitu penuh dengan makna, yang dimana pada jaman sekarang manusia sudah tidak manusiawi dengan sipat angkuh yang selau mencaci, menghina dan mencela terhadap orang yang tidak mampu.

Sehingga saya menjadi tertarik menulis dan membagikannya di blog ini agar kita tidak terlalu buta oleh harta sehingga menjadi sombong terhadap seksama, karena adab, etika, tatakrama dan sopan santun sebenarnya dimiliki pada orang yang tidak beruntung dalam segi harta. Berikut dibawah adalah kisahnya dan selamat membaca.

image_title_here
Sabtu 20 Oktober - Kisah inspirasi, seorang ayah yang sukses mendidik etitude anaknya

Kisah ini diambil dari blog cahaya muslim yang berisi ungkapan seorang kuli bangunan saat hendak mengambil rapor anaknya dihadapan para orang tua murid lainnya di suatu sekolah kisahnya adalah sebagai berikut:

Tepat pukul 7 malam, orang tua murid mulai masuk ke dalam ruangan kelas di sekolah. Beberapa orang tua terlihat penuh sopan santun, ada juga orang tua yang kelihatannya sombong, ada juga yang terlihat sangat berhati-hati.

Pada saat guru mulai menutup pintu dan mulai berbicara, pintu yang baru saja ditutup terbuka kembali perlahan-lahan, seorang pria paruh baya yang badannya kotor penuh dengan debu muncul dibalik pintu. Dengan wajah yang tersenyum dia meminta maaf karena datang terlambat.

Kehadirannya menarik perhatian orang tua murid lainnya. Dia mengenakan pakaian kerja yang sudah luntur serta penuh bercak cat. Celananya pekat dengan debu, dia memakai sepatu boot yang penuh dengan lumpur. Dia kelihatan seperti baru pulang dari kerja bangunan.

Guru itu berkata: “Permisi, Bapak siapa?” Pria paruh baya itu berkata: “Saya ayahnya Ujang” Guru itu terlihat kaget, tapi segera meminta pria itu menandatangani buku kehadiran para wali murid.

Ayah dari Ujang dengan muka yang tertunduk berkata: “Maaf, Pak Guru, saya tidak bisa membaca dan menulis…” Para orang tua murid lainnya terdengar ada yang mulai menertawakannya, sang guru tersebut pun berkata: “Tidak apa-apa, saya yang akan membantu Bapak tanda tangan.”

Kemudian guru tersebut mulai menjelaskan, tujuan diadakannya rapat orang tua murid adalah supaya setiap orang tua dapat saling berbagi pengalaman tentang bagaimana cara mendidik anak serta kesannya selama mendidik anak.

Ada 2-3 orang tua murid membagikan pengalaman mereka dalam mendidik anak-anak mereka, yaitu bagaimana mereka mendidik anak mereka dengan ketat, supaya mereka mau menulis pr mereka, membantu anak-anak mereka mencarikan guru les tambahan, dll.

Pada saat guru tersebut meminta ayah dari Ujang untuk berbicara, ia memperkenalkan, “Ujang adalah seorang murid teladan dengan nilai terbagus di kelas. Pelajaran matematika selalu memperoleh nilai terbaik, ia tidak pernah terlambat, selalu bersikap baik terhadap teman-temannya. Mari sama-sama kita dengarkan bagaimana ayah dari Ujang ini mendidik anaknya.”

Tidak sedikit orang tua murid lainnya tampak kaget. Bapak yang tidak terpelajar namun mempunyai anak yang hebat. Ayah Ujang dengan agak sedikit canggung mulai berjalan ke depan. Ia sedikit tertunduk, tidak begitu berani menatap mata para orang tua murid lainnya. Ini perkataannya:

Saya hanya suka melihat anak saya mengerjakan PR nya. Setiap kali sehabis sepulang kerja, tidak peduli seberapa capeknya saya, saya pasti akan duduk di samping dia untuk melihatnya mengerjakan PR yang ada.

Suatu hari, anak saya bertanya kepada saya, “Ayah, setiap hari melihat saya mengerjakan PR, apa Ayah mengerti apa yang saya kerjakan?” Saya berkata “Ayah tidak mengerti.” Kemudian anak saya bertanya: “Ayah, jika Ayah tidak mengerti bagaimana Ayah tahu saya mengerjakannya dengan benar atau tidak?”

Saya berkata: “Jika kamu mengerjakannya dengan cepat, maka Ayah tahu bahwa soal ini sangat mudah; jika kamu menyalakan kipas angin, mengambil air minum, maka Ayah tahu bahwa soal tersebut susah.”

Saya seorang buruh bangunan. Suatu kali saya mengangkat wajah saya dan melihat bangunan tinggi yang saya bangun, saya bertanya kepada anak saya, apakah kamu mau tinggal di rumah yang tinggi, yang besar, rumah yang indah.? Mengendarai mobil bagus.? Anak saya menganggukkan kepalanya. Saya berkata: “Oleh karena itu kamu harus belajar dengan baik.”

Saya tidak sekolah, tidak dapat membaca dan menulis, saya tidak tahu bagaimana cara-cara hebat mendidik anak. Saya hanya suka bercakap-cakap dengan anak saya.

Anak saya senang jongkok di samping saya pada saat saya bekerja. Saya tidak memberikan uang jajan kepada anak, ia tidak bermain internet, juga tidak belanja macam-macam. Dia sering di rumah membantu saya mencuci pakaian dan mengejakan hal-hal lainnya.

Setelah selesai berbicara, dia membungkuk untuk memberikan hormat kepada sang guru.! Orang tua murid lainnya terpaku tidak bergeming, hati mereka sangat tersentuh oleh perkataannya.

Ayah ini meskipun tidak mempunyai pendidikan yang tinggi dan tidak dalam keadaan ekonomi yang cukup, tetapi ia sangat hormat kepada guru. Dia juga senang menemani anaknya. Ini adalah caranya bagaimana dia berhasil dalam mendidik anak.

Baca juga
Gabung dalam percakapan

Posting Komentar

Iklan Parallax